Sejarah
Berikut adalah rangkuman sejarah dan profil Kelurahan Kaliawi, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung:
Asal Usul Nama dan Latar Sejarah
Kelurahan Kaliawi dulunya adalah sebuah kampung yang dikenal sejak zaman kolonial Belanda, sekitar awal 1920-an. Nama “Kaliawi” berasal dari kata Way Awi, di mana way dalam bahasa Lampung berarti sungai dan awi dalam bahasa Sunda berarti bambu. Nama tersebut mengacu pada sungai di kawasan itu yang dipenuhi dengan pohon bambo.
Pada dekade 1960-an, wilayah ini masih didominasi oleh kebun kelapa dan lahan persawahan milik keluarga seperti Keluarga Datuk Ibrahim dan Datuk Burhanuddin. Terdapat bukit yang kemudian dikenal oleh warga sebagai Gunung Bantahan. Di salah satu sudut kampung ini juga berdiri sebuah perguruan tinggi—IAIN (sekarang UIN Raden Intan Lampung)—yang awalnya berada di bangunan bekas milik etnis Tionghoa bernama Chinglien. Saat itu, populasi penduduk masih sangat sedikit dan terdiri dari masyarakat Jawa Tengah, Banten, Tionghoa, serta suku Lampung sebagai pemilik tanah asli.
Perkembangan Administratif
Sebelum menjadi kecamatan sendiri, wilayah Tanjung Karang Pusat masih bagian dari Kecamatan Tanjung Karang Barat dan memiliki pusat pemerintahan di Bambu Kuning, Kampung Kaliawi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1982, Kecamatan Tanjung Karang Pusat resmi terbentuk dengan pusat pemerintahan berpindah ke Tanjung Karang, mencakup 10 kelurahan, termasuk Kaliawi.
Kemudian, melalui keputusan Gubernur Lampung tahun 1998, Kecamatan Tanjung Karang Pusat bertambah satu kelurahan—Palapa—hasil pemekaran dari Durian Payung. Hingga kini, Kelurahan Palapa menjadi pusat pemerintahan kecamatan tersebut.
Kondisi Geografis dan Demografis
Luas dan batas wilayah: Kelurahan Kaliawi memiliki kawasan pemukiman seluas sekitar 56 hektar. Batasnya meliputi Kelapa Tiga di utara, Durian Payung di selatan, Kaliawi Persada di timur, dan wilayah Tanjung Karang di barat.
Letak geografi: Koordinat astronomis kelurahan ini berada sekitar 5°24’42”–5°24’59” LS dan 105°14’58”–105°15’24” BT.
Struktur administratif: Terdiri dari 2 lingkungan yang terbagi ke dalam 32 Rukun Tetangga (RT): Lingkungan I dengan 14 RT dan Lingkungan II dengan 18 RT.
Populasi (2016): Total penduduk mencapai 9.893 jiwa, dengan mayoritas beragama Islam—sekitar 9.211 jiwa. Distribusi gender sedikit didominasi laki-laki (5.067) dibanding perempuan. Data usia menunjukkan sebagian besar penduduk berada di bawah usia 50 tahun, mencerminkan penduduk produktif.
Fasilitas kesehatan dan kebersihan:
Kesehatan: Terdapat 1 Puskesmas Pembantu, 1 Posyandu, 1 Rumah Bersalin, 1 toko obat, dan 1 dukun bersalin terlatih serta 1 bidan.
Kebersihan: Tersedia 5 gerobak sampah serta ada pengelolaan sampah oleh RT, pemerintah, swasta, dan swadaya. Namun, secara umum sarana kebersihan masih terbatas .
Migrasi dan Keberagaman
Penelitian migrasi terhadap suku Banten menunjukkan bahwa mayoritas migran datang ke Kelurahan Kaliawi karena kurangnya kesempatan kerja di daerah asal mereka (sekitar 80,78% dari responden) .Untuk mencapai kelurahan ini, migran umumnya menggunakan transportasi umum, seperti bus menuju Pelabuhan Merak, lalu menyeberang dengan kapal feri ke Lampung .
Penutup
Kelurahan Kaliawi menyimpan sejarah panjang dan transisi signifikan: dari kawasan pedesaan yang sunyi dan berhutan, menjadi bagian dari pusat kota Bandar Lampung yang memiliki karakter multietnis dan sosial dinamis. Nama “Kaliawi” mencerminkan warisan geografisnya, dan perkembangan administratif serta demografis mencatatnya sebagai wilayah dengan mobilitas tinggi dan pertumbuhan penduduk.